Puisi Keputus-asaan jiwa

Aku suka bersembunyi
Karena tak akan ada seorang pun yang mencariku
Mengapa?
Toh semua akan pergi lagi: cinta, persahabatan, kemakmuran dan kebahagiaan
Yang tersisa hanyalah sepi dan kegelapan

Membuat delusi dan kenyataan semakin mengabur
Aku akan makin jatuh seperti potongan kecil kapur
Mematahkan satu persatu alasan-alasan untuk bertahan
Menghancurkan semua harapan
Hari demi harinya

Membuat kematian tampak begitu menggoda
Terlebih suara-suara itu
Lembut mendayu, menggoda menyelisih akal sehatku yang kian menjauh
Membuatku semakin nyaman bersembunyi
Menghilang tanpa ada yang mencari
Suara yang sayup kini membisik
Seperti semilir angin yang asyik
“Kau sudah kehilangan kawan terbaikmu, tak ada seorang pun lagi di dunia ini yang akan merindukanmu
Termasuk keluargamu
Lihat di sana seutas tali kelambu
Ambillah dan kita lakukan permainan yang seru
Sebagai pintu gerbang menuju dunia baru”

Ayunan leher, begitu kata bisikan
Caranya mudah
buat simpul sederhana kuat tak tergoyahkan
Sebelum kugantungkan, hati kecilku ingin mengucapkan perpisahan
“Dengan ini tak ada lagi rasa sakit, rasa bimbang, serta kegalauan
Semua akan hilang dengan satu hentakan,
Iya kan?”
Bisikan menjawab, ya! Jangan ragukan!
Aku menghela nafas lembut
Aku sudah mantap, kakiku pun siap mengambil langkah
Apakah nanti aku akan masuk surga?
Hati kecilku bertanya lagi

Bisikan tak menjawab
Ayahku orang baik, kawanku orang baik
Mereka pasti masuk surga
Apakah aku akan bertemu mereka di sana?
Aku pun menunggu, tak ingin ada keraguan
Bisikan masih tak menyahut jua
Di mana dia?
Kakiku bergeming, nyaliku menciut ragu

“Kematian hanya persinggahan
Mungkin awal namun bukan akhir perhentian
Bukan jawaban atas keputusasaan
Kau tahu, kamu tak pernah benar-benar sendirian,”

Benarkah itu? Aku menelan ludah sedetik mengharap angan

Kamu masih memiliki Tuhan
Yang tak pernah meninggalkan
Justru kamu banyak berpaling dan mengabaikan panggilan-panggilanNya
Demi kefanaan
Yang pada akhirnya mengecewakan

Turunlah, bertaubatlah
Sambutlah panggilanNya
Dia sangat merinduimu untuk menyapaNya

Aku menangis, membuncah begitu saja
Tanpa suara
Semua sesak di dada
Membuncah menggetar jiwa dan raga
Seperti rasa yang ditahan terlalu lama
Memaksa keluar, meronta
Beban yang kupendam dalam-dalam
Kepingan-kepingan yang kelam

Tubuhku bersimpuh kaki bergetar lemas
Tak tahan ingin bersujud tak peduli lantai keras
Bebas

Hati kecilku tersenyum
Bangkitlah kembali biarkan masa lalu terhempas
Seperti karang dihajar gelombang namun tiada terlepas
Seperti bambu yang dihantam angin dan panas
Akan berbalik dengan kekuatan yang cadas

“Segalanya mungkin akan meninggalkanmu
Tapi ada satu yang tak akan pernah meninggalkanmu

Rabb-mu yang Maha Agung lagi Maha Tahu
Kejarlah, karena Ia senantiasa menunggumu

BersamaNya kau akan damai selalu.”

Tinggalkan komentar